Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh para ulama di bawah pimpinan KH Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926.
Setidaknya ada tiga alasan besar yang mendorong lahirnya NU, yakni motif agama, mempertahankan akidah yang berpedoman pada sunah Rasulullah, dan motif nasionalisme.
Oleh sebab itu, organisasi ini tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi banyak peran yang dimainkan Nahdlatul Ulama (NU) selama masa penjajahan hingga kemerdekaan Indonesia. Berikut ini peran NU terhadap kemerdekaan Indonesia.
Peran NU dalam Kemerdekaan Indonesia
Para ulama NU berperan besar dalam beberapa peristiwa heroik menjelang maupun usai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Salah satu tokoh NU yang berjasa besar pada masa perjuangan kemerdekaan adalah pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, yang kini telah dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah RI.
Sejak awal berdirinya organisasi, KH Hasyim Asy’ari, selaku pendiri sekaligus Rais Akbar (pemimpin tertinggi) pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), berusaha membangun organisasi Islam yang nasionalis.
NU digunakan sebagai wadah perjuangan untuk menentang segala bentuk penjajahan dan melakukan dakwah agar kesatuan NKRI senantiasa terjaga.
Hasilnya, lahir laskar-laskar perjuangan fisik yang terdiri dari para ulama NU, santri, dan umat Islam, yang siap berjuang menegakkan agama dan bangsa.
Bentuk perjuangan NU juga tampak pada upayanya menentang semua kebijakan pemerintah kolonial yang menyengsarakan rakyat.
Salah satu contohnya ketika Belanda melakukan ketidakadilan dalam hal administrasi sekolah yang mengintimidasi dan mengancam eksistensi sekolah, pesantren, guru sekolah dan pesantren.
KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng, sebagai lembaga pendidikan serta bentuk perlawanan atas modernisasi dan industrialisasi penjajah untuk memeras rakyat.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, putra KH Hasyim Asy’ari sekaligus tokoh NU, KH Abdul Wachid Hasyim menjadi anggota BPUPKI dan PPKI, yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Menjelang kemerdekaan Indonesia, putra KH Hasyim Asy’ari sekaligus tokoh NU, KH Abdul Wachid Hasyim menjadi anggota BPUPKI dan PPKI, yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Resolusi Jihad NU berisi pernyataan dan fatwa hukum bahwa seluruh umat Islam, baik laki-laki atau perempuan, hukumnya wajib untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Hingga akhirnya muncul kaidah yang berbunyi, Hubbul Wathan Minal Iman (mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman).
Sejak Resolusi Jihad dicetuskan, semangat perjuangan melawan Belanda terus digaungkan oleh NU.