6285179791926
info@ponpesdiponegoro.com
Karakter Pembangun Pendidikan Berkualitas Menurut Imam Al-Ghazali
Karakter Pembangun Pendidikan Berkualitas Menurut Imam Al-Ghazali
Thu, 5 December 2024
Penulis : admin
kanal-santri

Pendidikan atau tarbiyah mendapat perhatian yang sangat penting dalam agama Islam. Rasul-rasul yang Allah turunkan sejak dahulu hingga Nabi Muhammad ﷺ selalu datang membawa misi mentarbiyah umat agar menjadi khalifah-khalifah yang memakmurkan bumi dan menjadi hamba Allah yang paripurna.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah seorang pendidik terbaik yang mengajarkan umat dengan penuh keteladanan dan melahirkan generasi panutan sepeninggal beliau ﷺ.

Imam Al Ghazali, ulama besar yang bergelar Hujjatul Islam (Orang yang menjadi hujjah agama) menulis poin-poin penting pendidikan dalam buku beliau Ihya ‘Ulumuddin.

Ciri khas pendidikan dalam Islam: berlandaskan ilmu agama

Imam Al Ghazali menekankan bahwa bagaimanapun sistem dan kurikulum pendidikan diperbarui, ia tetap harus berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Meskipun setiap guru, lembaga pendidikan, atau negara menyusun sistem dan kurikulum pendidikan yang beragam dan terus berkembang, semua itu harus tetap memperhatikan agama sebagai landasannya.

Karakter pendidik yang baik

Imam Al Ghazali menyatakan bahwa meningkatnya kualitas pendidikan mesti dicapai dengan dukungan pendidik dan pelajar. Beliau menjelaskan bahwa baik pendidik maupun pelajar memiliki tugas dan fungsi yang harus berjalan bersama dalam proses belajar mengajar.

Adapun bagi pendidik, Imam Al Ghazali menekankan bahwa setiap pendidik sebaiknya memenuhi syarat berikut:

  • Seorang ‘alim

Seorang ‘alim menurut Al-Qur’an bukan hanya orang yang memiliki keilmuan yang mumpuni, tetapi orang yang ilmunya menghadirkan khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Rasa takut ini tidak membuatnya menjauh dari-Nya, tetapi justru semakin mendekatkan diri kepada Allah. Allah berfirman:

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ

Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama (QS. Fathir [35]: 28).

  • Tidak mencintai dunia (hubbu ad-dunya) dan kedudukan.

Seorang pengajar hendaknya tidak membelenggu hatinya dengan kesenangan-kesenangan dunia yang membuat hatinya terikat dengan itu. Hati yang cinta dunia memiliki kecenderungan untuk menyelewengkan wewenang yang dimiliki untuk meraih perhiasan-perhiasan dunia yang bersifat fana.

  • Pernah belajar kepada guru yang sampai sanadnya kepada Rasulullah ﷺ.

Hal ini berlaku utamanya bagi seorang pengajar ilmu agama, karena sumber utamanya adalah Rasulullah ﷺ sebagai pembawa risalah Allah. Dalam Islam, hal ini disebut sanad, dan sanad adalah bagian dari agama, sebagaimana perkataan Abdullah bin Mubarak:

الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ

Sanad adalah bagian dari agama. Tanpa sanad, setiap orang akan mengatakan apa pun sesukanya.

  • Memiliki riyadhah (latihan pengendalian diri) yang baik

Riyadhah yang dimaksud dalam poin ini adalah menyedikitkan makan, tidur, dan berbicara. Selain itu juga memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, dan berpuasa.

Keempat syarat di atas mencerminkan dua karakter penting yang harus dimiliki seorang pengajar, yaitu sifat zuhud dan tawadhu. Sifat zuhud akan melahirkan keikhlasan dalam mendidik, sedangkan sifat tawadhu akan berbuah kegigihan untuk terus mengajar dan berkembang sebagai pribadi pendidik.

Selain dua sifat di atas, pendidik yang ideal juga memiliki karakter-karakter mulia seperti rasa tanggung jawab, niat yang ikhlas, menjauhi maksiat, senantiasa berakhlak terpuji, dan memiliki motivasi tinggi untuk terus belajar.

Karakter-karakter yang harus dimiliki peserta didik

Tujuan pendidikan tidak tercapai maksimal jika tidak ada dukungan dari peserta didik. Imam Al Ghazali menekankan beberapa karakter yang harus dimiliki peserta didik:

  • Menghormati guru lahir dan batin

Menghormati guru secara lahir ditunjukkan dengan tidak berbantah-bantahan dengan guru. Lalu tidak duduk di depan guru kecuali saat shalat, dan selalu mematuhi perintah guru.

Adapun penghormatan secara batin dapat ditunjukkan dengan tidak mengingkari ilmu yang diberikan oleh guru di dalam hati, perkataan maupun perbuatan. Karena ini adalah tanda-tanda kemunafikan.

Imam Al Ghazali menekankan bahwa ketaatan kepada pendidik akan berbuah akhlak mulia dan keberkahan ilmu bagi pelajar itu sendiri.

  • Tidak bergaul dengan orang-orang jahat

Mengurangi pergaulan dengan orang yang tidak baik selama menuntut ilmu sangatlah penting. Tujuannya agar siswa jauh dari godaan setan untuk berbuat maksiat yang akan mengotori hatinya. Karena ilmu dan pemahaman letaknya di hati.

Selektif dalam bergaul sendiri adalah amanat dari sabda Rasulullah:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

(Agama) seseorang itu mengikuti agama temannya. Maka berhati-hatilah kalian dengan siapa ia berteman (HR. Abu Dawud no. 4833).

  • Memilih kemiskinan daripada kekayaan

Dalam proses belajar, seseorang bisa saja dihadapkan pada peluang dan kesempatan untuk meraih kesenangan duniawi. Namun, seringkali kesenangan itu konsekuensinya adalah melepaskan kesempatan untuk menuntut ilmu.

Dalam kondisi ini, seorang pelajar sejati akan lebih memilih untuk melanjutkan proses pendidikannya. Seorang pelajar hendaknya tidak goyah pada kekayaan, karena kekayaan ilmu lebih abadi dan dapat menjaganya daripada kekayaan harta.

Sahabat KANAL SANTRI, sinergi yang baik antara pendidik dan peserta didik dalam menanamkan karakter dan fungsinya inilah yang akan melahirkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan generasi-generasi yang kuat imannya, baik ibadahnya, kuat mentalitasnya, dan mulia akhlaknya.

Bagi Islam, pendidikan adab/karakter harus didahulukan sebelum pendidikan ilmu. Oleh karena itu, setiap pendidik hendaknya mengajarkan dan memberi teladan yang baik sebelum mengajarkan ilmu kepada pelajar.

– Kanal Santri

Pendidikan karakter yang baik inilah yang nantinya akan membimbing pelajar bersikap dengan ilmunya. Ia akan terjaga dari sifat sombong karena ilmu yang ia miliki, dan akan berhati-hati menggunakan ilmunya untuk sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan.

Pesantren, Tokoh

Artikel Lainnya

Nyai Rodliyah Djazuli; Ummul...
Nama asli beliau adalah Nyai Roro Marsinah yang kemudian dikenal dengan Nyai Rodliyah binti KH. Mahyin bin KH. Mesir Durenan...
Thu, 5 December 2024 | 1:47
Mitos Kemunduran Dunia Intelektual...
Penulisan periode sejarah tidak pernah menjadi kegiatan yang netral, begitu kesimpulan Jacques Le Goff, seorang sejarawan Prancis. Maka dalam banyak...
Thu, 5 December 2024 | 1:44
Mengenang KH Bisri Syansuri,...
KH Bisri Syansuri merupakan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ia wafat pada 25 April 1980 di usia 93...
Thu, 5 December 2024 | 1:39
Rekognisi dan Akselerasi Pendidikan...
Pemaknaan terhadap Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2024, selain untuk mengeja pemerataan akses pendidikan agar bisa dinikmati seluruh elemen...
Thu, 5 December 2024 | 1:36